Kamis, 02 September 2021

ALASAN SESEORANG TIDAK BERMINAT MENJADI WIRAUSAHA

 F.    ALASAN SESEORANG TIDAK BERMINAT MENJADI WIRAUSAHA

Mitos yang keliru sering menjadi penghalang dan menghalangi seseorang untuk mengambil keputusan menjadi wirausaha. Banyak alasan cenderung dilontarkan hanya karena ingin menutupi rasa takutnya yang berlebihan. Alasan-alasan ini sering dikeluarkan untuk menghibur diri agar ia dibenarkan oleh alasan tersebut.

Hampir sebagian besar orang ingin menjadi sukses dikemudian hari. Namun, ketika diminta memilih, sebagian besar lebih memilih untuk menjadi pekerja yang sukses/top eksekutif (manajer atau direktur) daripada menjadi wirausaha yang sukses. Namun, untuk menjadi menajer atau direktur juga tidak hanya berbekal pengetahuan umum saja, tetapi juga memerlukan keterampilan yang mendukung untuk membuat pengetahuan Anda lebih baik (soft skill). Salah satu soft skilll (kemampuan mengelola diri) yang dibutuhkan adalah corporate entrepreneurship (kewirausahaan perusahaan) atau intrapreneurship (kewirausahaan organisasi).

Soft  skill  (kemampuan mengelola diri) merupakan pengetahuan dan keterampilan yang bukan bersifat menggunakan otot tetapi lebih menitikberatkan pada otak, hati, dan watak, untuk menunjang pekerjaan, sehingga keempat aspek tersebut, yaitu otot, otak, hati, dan watak menyatu menjadi sebuah sinergi yang utuh. Contoh Soft  skill  (kemampuan mengelola dini), antara lain :

1.    Kemampuan berkomunikasi

2.    Emotional Iatelligence (kecerdasan emosional), percaya diri, h sofi skill pengelolaan emosi, dan bersikap positif.

3.    Kedisiplinan

4.    Keterampilan presentasi depan banyak orang.

5.    Pantang menyerah

Intrapreneurship adalah kewirausahaan yang dibangun dalam diri karyawan suatu perusahaan untuk menghasilkan, mengembangkan produk, melaksanakan dan menemukan strategi baru dengan kreativitasnya yang sesuai dengan keinginan pasar sehingga akan memberikan kontribusi bagi tim, kelompok, departemen, dan perusahaan.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang tidak berminat untuk berwirausaha, yaitu sebagai berikut :

1.         Tidak tahu bagaimana caranya

Anda harus memelajari dahulu, bisa dari membaca buku, tahu pengetahuannya, tahu trik dan tipsnya, tahu prosesnya, kemudian belajar strategi kewirausahaan dan akhimya mengenal. Bisa dengan mencoba dulu, atau ikut teman. Akhirnya Anda mengerti dan termotivasi untuk menjadi wirausaha. Lihat kembali bagaimara proses dan tahapan untuk menjadi wirausaha yang cerdas (SMART) di materi sebelumnya

2.         Tidak mempunyai pengalaman

Bagaimana Anda memiliki pengalaman kalau tidak pernah Mencoba untuk masuk dalamnya dan mengetahui lebih luas lagi. Anda akan mengerti dan akhirmya akan jatuh cinta pada kewirausahaan jika Anda mengenalnya dengan baik sebagai ilmu untuk mencari nafkah. Sekarang Anda harus mempunyai ilmu itu.

3.         Tidak punya modal (uang)

Modal untuk menjadi wirausaha tidak hanya berupa uang, ada modal selain uang yang bisa digunakan sebagai modal awal dalam memulai usaha. Modal tersebut antara lain pengetahuan, keterampilan, keahlian, latar belakang pendidikan. jaringan pertemanan, infomasi dan peluang. Alasan perlu modal uang banyak untuk menjadi wirausaha itu tidaklah tepat, karena uang hanya sebagian kecil dari modal yang Anda perlukan untuk menjadi wirausaha.

4.         Tidak punya keberanian

Ada pendapat, guru atau mentor yang paling baik adalah pengalaman Anda sendiri. Ambil sisi positif dari setiap pengalaman atau setiap hal yang terjadi dalam hidup Anda. Keberanian itu tidak akan pernah datang dan muncul tiba-tiba pada diri Anda, tetapi dibentuk, diciptakan dan dimunculkan secara perlahan-lahan hingga Anda menguasainya sehingga timbul keberanian pada diri Anda.

5.         Tidak ada yang menuntun

Ketika Anda belajar tentu membutuhkan penuntun (mentor) agar tidak jatuh terlalu dalam. Dituntun pun tidak selamanya. perlu uji coba dan masa-masa belajar untuk mencoba (incubation stage). Penuntun dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

a.        Dari mencoba dahulu (trial and error).

b.   Minta bimbingan dari orang yang telah sukses menjadi wirausaha agar bersedia memberikan ilmurya atau sebagai mentor (pelatih).

c.       Belajar dari buku, banyak buku-buku yang ditulis oleh orang yang telah sukses menjadi wirausaha bahkan para pakar wirausaha. Hal ini bisa menjadi sumber (media) lain selain mencari mentor.

6.         Takut untuk keluar zona nyaman (comfort zone)

Rasa nyaman (comfort zone) membuat Anda terjebak dan tidak mau berubah serta tidak mau bergerak demi kemajuan diri Anda. Zona nyaman dapat menyebabkan kemunduran dan kerugian bagi diri Anda serta dijadikan alasan untuk tidak mau menjadi wirausaha. Sebetulnya wirausaha adalah hal yang menantang. menarik, menggiurkan, yang dapat membuat hidup Anda santai 24 jam karena uang yang akan bekerja untuk Anda.

Menjadi pekerja atau pun wirausaha itu sebenarnya memiliki tujuan yang  sama, yaitu hidup sukses, kaya, dan makmur.

Perbedaannya ada pada hasrat atas zona nyaman dan keinginan untuk sukses. Pekerja itu santai, nyaman, dan aman pada masa awal nya saja. Bila Anda tidak ingin kerja keras awal justru akan membuat tidak nyaman di tengah usia dan di akhir purna bakti kerjanya, bisa saja PHK, merasa bosan kerja terus, atau warisan habis hingga hidup dimasa tuanya menjadi tidak nyaman dan justru harus kerja keras lagi untuk anaknya.

Sedangkan wirausaha itu kerja keras di awal dan setelah sukses maka hidupnya akan terus nyaman  dengan terus mengelola usaha hingga bisnis menjadi mesin uang . Bahkan ketika Anda tidur pun bisnis tetap menghasilkan, sehingga di masa tuanya, bisnis bisa diwariskan kepada anak cucu karena masih tetap menghasilkan.

Dari uraian di atas,jelas sekali banyak alasan dan faktor penghalang untuk menjadi wirausaha yang sukses. Faktor-faktor penghalang itu, antara lain:

1.    Rasa takut yang berlebihan, di mana rasa takut Anda telah menghilangkan kemampuan Anda yang hebat.

 2.   Tidak ada rasa percaya diri dan keyakinan diri bahwa kelak Anda bisa sukses

3.    Bingung

4.    Malas.

5.    Mencari-cari alasan yang tidak tepat untuk menghindari profesi wirausaha.

6.    Suka menunggu dan menunda.

 

G.   TINGKAT KEMAMPUAN WIRAUSAHA

 Kemampuan wirausaha dapat dibagi berdasarkan tingkatan dalam seberapa besar ia mampu mengatasi rasa takut akan kegagalan atau kesulitan yang dihadapi. Tingkatan kemampuan wirausaha dibagi menjadi lima tingkat, yaitu sebagai berikut.

1.         Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: kecil sekali

Pada tingkat ini seseorang cenderung menghindari risiko ( avoid a risk )  , sering disebut risk avoider or averter (penghindar risiko).

Ciri-ciri risk avoider or averter (penghindar risiko):

a.         Senang mempertahankan rasa nyamannya (comfort zone)

Selalu ingin menikmati keadaan saat ini yang menghanyutkan diri. Biasanya orang seperti ini senang dengan kedamaian dan kenyaman sesaat, menghibur diri sendiri dan senang mencari alasan apapun untuk di lontarkan agar bisa terhndar dari kerja keras.

b.        Selalu melihat kesulitan di depan mata bukan kemampuannya.

c.         Merupakan orang yang pesimis, bukan optimis

d.        Melihat dengan rasa takut akan resiko ( risk phobia).

e.         Pemalas dan enggan bekerja keras.

f.         Banyak alasan untuk menghindari kerja keras.

g.        Berusaha menutupi rasa takutnya.

h.        Senang menganggur, tidak ada kerjaan yang berat.

i.          Senang bekerja dengan hasil yang instan.

j.      Tidak mau menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk meraih hasil yang lebih baik.

Semua hal di atas disebut mental block bagi kesuksesan Anda. Pada tingkat ini tidak ada jiwa kewirausahaan (zero entrepreneurial skill) sehingga tidak pernah sukses. Kondisi yang sering terjadi adalah tidak mempunyai pekerjaan tetap (unemployement atau job less ). Hindari berada pada level ini, karena sudah pasti Anda tidak akan sukses.

2.         Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: sedang

Pada tingkat ini seseorang selalu menggunakan pengetahuannya untuk bekerja lebih baik lagi. Tingkat ini disebut comfort risk calculation taker (orang yang selalu menghitung risiko yang ditanggung harus lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh), sehingga orang yang berada pada tingkatan ini berorientasi hanya mencari pekerjaan yang nyaman, aman dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau yang biasa-biasa saja.

Ciri-cirinya comfort risk calculation taker (orang yang selalu menghitung risiko yang ditanggung harus lebih kecil dari keuntungan yang ia peroleh), antara lain:

a.         Senang bekerja tetapi yang nyaman dan aman.

b.        Mengedepankan keuntungan daripada kerugian.

c.     Tidak berpandangan jauh dan melihat masa lalu (past oriented) sebagai acuan untuk berpikir saat ini.

d.        Berpikir selalu realistis (kenyataan).

e.         Berpikir lebih aman bekerja daripada berwirausaha.

f.    Mencari kerja sebagai pegawai yang ada tunjangan pensiunnya, walaupun di masa mendatang nilainya sudah tidak berarti lagi untuk kehidupannya.

g.    Berpikir cukup (menerima apa adanya) tetapi tidak ada kemampuan berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik.

 

Untuk level kewirausahaan ini disebut level intrapreneurship atau employee entrepreneurial skill. Tingkatan ini bisa sukses menjadi top eksekutif apabila menghilangkan hambatan-hambatan pikiran dan mental (mental block) yang ingin santai, nyaman, tidak ada semangat, dan pikiran negatif lainnya. Dapat sukses bila lebih giat dari meningkatkan kemampuan kewirausahaannya dengan cara belajar untuk meningkatkan kemampuannya.

 

3.         Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: tinggi

Pada tingkat ini seseorang berani menanggung atau mengatasi risiko kegagalan dan berani menghadapi rasa takutnya karena ia merasa mampu, mempunyai pengetahuan, dan pengalaman kerjanya sesuai dengan apa yang ia kerjakan dalam bisnisnya. Tingkatan ini disebut risk calculation taker atau berani mengambil risiko usaha dengan perhitungan risiko yang paling optimal.

Ciri-ciri risk calculation taker (berani mengambil risiko usaha), antara lain:

a.      Berani mengambil keputusan untuk berwirausaha bila ia mampu melakukannya karena berdasarkan keahlian, pengalaman, dan pengetahuan (latar belakang pendidikan).

b.        Selalu bekerja secara individu dalam mengelola usahanya dan mengambil keputusan.

c.         Bisnis dan usahanya tidak atau belum dikelola dalam organisasi yang baik.

d.        Usahanya sangat dipengaruhi oleh waktunya sendiri.

e.         Punya pandangan jauh ke depan

f.         Bosan bekerja terus-menerus.

g.        Ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri.

h.        Berpikir realistis.

Untuk itu, tingkatan kewirausahaan ini sering disebut wirausaha mandiri (individual entrepreneur) atau sering disebut sebagai self bussinessman. Tingkatan ini bisa sukses secara mandiri tetapi ada kelemahannya, yaitu sebagai berikut.

a.    Bisnis atau usahanya sangat tergantung pada popularitas dirinya atau image dirinya sendiri.

b.        Usia usahanya biasanya tergantung usia pemiliknya, yaitu sang wirausaha itu sendiri.

c.    Membutuhkan bussiness team skill (tim keterampilan usaha) untuk lebih sukses dan besar. Misalnya: leader (pemimpin bisnis), financial and quality control ( pengawas keuangan dan kualitas ), marketer (pemasar atau penjual), dan organisator (manajer).

d.    Biasanya menjadi spesialis dalam bisnis tersebut. Contoh: dokter yang membuka praktek, lulusan tata boga membuka restoran, dan lulusan STM mesin membuka bengkel.

Hampir sebagian besar orang yang sukses menjadi pengusaha besar berawal dari tingkatan ini. Para lulusan SMA/SMK lebih memiliki peluang untuk memulai dari tingkatan ini dan ternyata bisa lebih cepat sukses. Contoh: pendiri Microsoft, yaitu Bill Gates memulai dari keahlian dari membuat perangkat lunak/software; pendiri DELL Computer, yaitu Michael Dell yang mengawali sebagai tenaga penjual computer; dan pendiri google. yaitu Sergey Brin dan Larry Page yang diawali dari penelitian dan riset.

 

4.         Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: kompleks

Pada tingkat ini kemampuan memperhitungkan. mengendalikan, mengatasi. dan menanggung risiko kegagalan usahanya lebih besar dibanding dengan ketiga tingkatan di atas. ia berani mengalahkan dan mengatasi rasa takutnya bukan hanya karena pengetahuan, keterampilan. dan pengalamannya saja, tetapi lebih kompleks dari itu. Biasanya jenis usaha yang diambil dan dimulainya lebih berskala industri atau tidak mengarah ke individual entrepreneur (bisnis yang dikelola secara individu). Tingkatan ini disebut manajer risiko bagi dirinya (risk manager).

Ciri-ciri risk manager (manajer risiko), yaitu sebagai berikut.

a.        Mengambil keputusan dari berbagai sisi, risiko. informasi, dan kondisi untuk suatu nilai (value) yang lebih optimal dan tepat.

b.    Ada unsur visioner (wawasan ke depan), yang sering terlihat dari keputusan yang ia ambil, sehingga cenderung berkesan itu keputusan nekat (sebenarnya tidak).

c.         Punya mimpi dan orientasi bisnis berskala besar atau skala industri (well organized).

d.    Naluri (Instinct) bisnisnya kuat dan didukung oleh kekuatan intuisi yang diambil berdasarkan pengalaman yang ia miliki, informasi, kejadian sebelumnya, pengetahuan yang ia punyai, visualisasi dan imajinasinya yang begitu kuat.

e.         Kesempurnaan adalah target utamanya.

f.         Tidak suka menyerah dan cepat berpuas diri.

g.        Punya keyakinan kuat terhadap apa yang ia pikirkan.

h.    Seorang pemimpin (leader) yang kuat dan merupakan (pimpinan yang cenderung menggunakan perencanaan yang kuat atau well plan.

i.          Kreativitas dan inovasi tinggi.

j.          Keteguhan hati yang kuat.

k.        Seorang pimpinan yang disegani.

l.          Seorang analisator (kuat dalam analisa dan strategi) yang baik.

 5.         Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: sangat tinggi

Pada tingkat ini kemampuan seseorang dalam hal mengatasi rasa takut akan kegagalan cukup besar sehingga cenderung mengambil keputusan menggunakan intuisinya yang kuat sekali, bahkan bisa cenderung sedikit mengadu keberuntungan. Tingkatan ini di sebut risk taker atau pengambil risiko. Tingkatan ini bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a.        Tingkat risk taker (pengambil risiko) yang lebih realistis dan analitis.

Tingkat ini sering disebut juga  “ investor “ atau penanam modal yang memang menjadi wirausaha dengan tujuan untuk memiliki saham ( kepemilikan perusahaan) atau sebuah perusahaan dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan baik berupa dividen ( pembagian laba kepada pemegang saham sesuai proporsinya ) atau kenaikan nilai saham apabila saham tersebut dijual kembali pada orang lain.

b.        Tingkat risk taker ( pengambilan risiko) yang bersifat intuisi dan menggunakan perasaannya ( feeling ) semata.

Tingkat ini tidak bersifat bisnis, tetapi lebih mengarah pada hobi saja.


Link Absen : 

 https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfNd3cWqPc6KAkGzoyLWjBkxMtLtqtUWNfhVWWdzeau257SFA/viewform?usp=sf_link

0 komentar:

Posting Komentar