F. ALASAN SESEORANG TIDAK BERMINAT MENJADI WIRAUSAHA
Mitos yang keliru
sering menjadi penghalang dan menghalangi seseorang untuk mengambil keputusan
menjadi wirausaha. Banyak alasan cenderung dilontarkan hanya karena ingin
menutupi rasa takutnya yang berlebihan. Alasan-alasan ini sering dikeluarkan
untuk menghibur diri agar ia dibenarkan oleh alasan tersebut.
Hampir sebagian besar
orang ingin menjadi sukses dikemudian hari. Namun, ketika diminta memilih,
sebagian besar lebih memilih untuk menjadi pekerja yang sukses/top eksekutif
(manajer atau direktur) daripada menjadi wirausaha yang sukses. Namun, untuk
menjadi menajer atau direktur juga tidak hanya berbekal pengetahuan umum saja,
tetapi juga memerlukan keterampilan yang mendukung untuk membuat pengetahuan
Anda lebih baik (soft skill). Salah satu soft skilll (kemampuan mengelola diri)
yang dibutuhkan adalah corporate entrepreneurship (kewirausahaan perusahaan)
atau intrapreneurship (kewirausahaan organisasi).
Soft skill
(kemampuan mengelola diri) merupakan pengetahuan dan keterampilan yang
bukan bersifat menggunakan otot tetapi lebih menitikberatkan pada otak, hati,
dan watak, untuk menunjang pekerjaan, sehingga keempat aspek tersebut, yaitu
otot, otak, hati, dan watak menyatu menjadi sebuah sinergi yang utuh. Contoh
Soft skill (kemampuan mengelola dini), antara lain :
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Emotional Iatelligence (kecerdasan
emosional), percaya diri, h sofi skill pengelolaan emosi, dan bersikap positif.
3. Kedisiplinan
4. Keterampilan presentasi depan banyak orang.
5. Pantang menyerah
Intrapreneurship adalah
kewirausahaan yang dibangun dalam diri karyawan suatu perusahaan untuk
menghasilkan, mengembangkan produk, melaksanakan dan menemukan strategi baru
dengan kreativitasnya yang sesuai dengan keinginan pasar sehingga akan
memberikan kontribusi bagi tim, kelompok, departemen, dan perusahaan.
Ada beberapa alasan
mengapa seseorang tidak berminat untuk berwirausaha, yaitu sebagai berikut :
1. Tidak tahu bagaimana caranya
Anda harus memelajari
dahulu, bisa dari membaca buku, tahu pengetahuannya, tahu trik dan tipsnya,
tahu prosesnya, kemudian belajar strategi kewirausahaan dan akhimya mengenal.
Bisa dengan mencoba dulu, atau ikut teman. Akhirnya Anda mengerti dan
termotivasi untuk menjadi wirausaha. Lihat kembali bagaimara proses dan tahapan
untuk menjadi wirausaha yang cerdas (SMART) di materi sebelumnya
2. Tidak mempunyai pengalaman
Bagaimana Anda memiliki
pengalaman kalau tidak pernah Mencoba untuk masuk dalamnya dan mengetahui lebih
luas lagi. Anda akan mengerti dan akhirmya akan jatuh cinta pada kewirausahaan
jika Anda mengenalnya dengan baik sebagai ilmu untuk mencari nafkah. Sekarang
Anda harus mempunyai ilmu itu.
3. Tidak punya modal (uang)
Modal untuk menjadi
wirausaha tidak hanya berupa uang, ada modal selain uang yang bisa digunakan
sebagai modal awal dalam memulai usaha. Modal tersebut antara lain pengetahuan,
keterampilan, keahlian, latar belakang pendidikan. jaringan pertemanan,
infomasi dan peluang. Alasan perlu modal uang banyak untuk menjadi wirausaha itu
tidaklah tepat, karena uang hanya sebagian kecil dari modal yang Anda perlukan
untuk menjadi wirausaha.
4. Tidak punya keberanian
Ada pendapat, guru atau
mentor yang paling baik adalah pengalaman Anda sendiri. Ambil sisi positif dari
setiap pengalaman atau setiap hal yang terjadi dalam hidup Anda. Keberanian itu
tidak akan pernah datang dan muncul tiba-tiba pada diri Anda, tetapi dibentuk,
diciptakan dan dimunculkan secara perlahan-lahan hingga Anda menguasainya
sehingga timbul keberanian pada diri Anda.
5. Tidak ada yang menuntun
Ketika Anda belajar
tentu membutuhkan penuntun (mentor) agar tidak jatuh terlalu dalam. Dituntun
pun tidak selamanya. perlu uji coba dan masa-masa belajar untuk mencoba
(incubation stage). Penuntun dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:
a. Dari mencoba dahulu (trial and error).
b. Minta bimbingan dari orang yang telah sukses
menjadi wirausaha agar bersedia memberikan ilmurya atau sebagai mentor
(pelatih).
c. Belajar dari buku, banyak buku-buku yang
ditulis oleh orang yang telah sukses menjadi wirausaha bahkan para pakar
wirausaha. Hal ini bisa menjadi sumber (media) lain selain mencari mentor.
6. Takut untuk keluar zona nyaman
(comfort zone)
Rasa nyaman (comfort
zone) membuat Anda terjebak dan tidak mau berubah serta tidak mau bergerak demi
kemajuan diri Anda. Zona nyaman dapat menyebabkan kemunduran dan kerugian bagi
diri Anda serta dijadikan alasan untuk tidak mau menjadi wirausaha. Sebetulnya
wirausaha adalah hal yang menantang. menarik, menggiurkan, yang dapat membuat
hidup Anda santai 24 jam karena uang yang akan bekerja untuk Anda.
Menjadi pekerja atau
pun wirausaha itu sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu hidup sukses, kaya, dan makmur.
Perbedaannya ada pada
hasrat atas zona nyaman dan keinginan untuk sukses. Pekerja itu santai, nyaman,
dan aman pada masa awal nya saja. Bila Anda tidak ingin kerja keras awal justru
akan membuat tidak nyaman di tengah usia dan di akhir purna bakti kerjanya,
bisa saja PHK, merasa bosan kerja terus, atau warisan habis hingga hidup dimasa
tuanya menjadi tidak nyaman dan justru harus kerja keras lagi untuk anaknya.
Sedangkan wirausaha itu
kerja keras di awal dan setelah sukses maka hidupnya akan terus nyaman dengan terus mengelola usaha hingga bisnis
menjadi mesin uang . Bahkan ketika Anda tidur pun bisnis tetap menghasilkan,
sehingga di masa tuanya, bisnis bisa diwariskan kepada anak cucu karena masih
tetap menghasilkan.
Dari uraian di
atas,jelas sekali banyak alasan dan faktor penghalang untuk menjadi wirausaha
yang sukses. Faktor-faktor penghalang itu, antara lain:
1. Rasa takut yang berlebihan, di mana rasa
takut Anda telah menghilangkan kemampuan Anda yang hebat.
2.
Tidak ada rasa percaya diri dan keyakinan diri bahwa kelak Anda bisa
sukses
3. Bingung
4. Malas.
5. Mencari-cari alasan yang tidak tepat untuk
menghindari profesi wirausaha.
6. Suka menunggu dan menunda.
G. TINGKAT KEMAMPUAN WIRAUSAHA
Kemampuan wirausaha dapat dibagi berdasarkan tingkatan dalam seberapa besar ia mampu mengatasi rasa takut akan kegagalan atau kesulitan yang dihadapi. Tingkatan kemampuan wirausaha dibagi menjadi lima tingkat, yaitu sebagai berikut.
1. Tingkat kemampuan dalam menghadapi
rasa takut: kecil sekali
Pada tingkat ini
seseorang cenderung menghindari risiko ( avoid a risk ) , sering disebut risk avoider or averter
(penghindar risiko).
Ciri-ciri risk avoider
or averter (penghindar risiko):
a. Senang mempertahankan rasa nyamannya
(comfort zone)
Selalu ingin menikmati
keadaan saat ini yang menghanyutkan diri. Biasanya orang seperti ini senang
dengan kedamaian dan kenyaman sesaat, menghibur diri sendiri dan senang mencari
alasan apapun untuk di lontarkan agar bisa terhndar dari kerja keras.
b. Selalu melihat kesulitan di depan mata
bukan kemampuannya.
c. Merupakan orang yang pesimis, bukan
optimis
d. Melihat dengan rasa takut akan resiko (
risk phobia).
e. Pemalas dan enggan bekerja keras.
f. Banyak alasan untuk menghindari kerja
keras.
g. Berusaha menutupi rasa takutnya.
h. Senang menganggur, tidak ada kerjaan
yang berat.
i. Senang bekerja dengan hasil yang
instan.
j. Tidak mau menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk meraih hasil yang lebih baik.
Semua hal di atas
disebut mental block bagi kesuksesan Anda. Pada tingkat ini tidak ada jiwa
kewirausahaan (zero entrepreneurial skill) sehingga tidak pernah sukses.
Kondisi yang sering terjadi adalah tidak mempunyai pekerjaan tetap
(unemployement atau job less ). Hindari berada pada level ini, karena sudah
pasti Anda tidak akan sukses.
2. Tingkat kemampuan dalam menghadapi
rasa takut: sedang
Pada tingkat ini
seseorang selalu menggunakan pengetahuannya untuk bekerja lebih baik lagi.
Tingkat ini disebut comfort risk calculation taker (orang yang selalu
menghitung risiko yang ditanggung harus lebih kecil dari keuntungan yang
diperoleh), sehingga orang yang berada pada tingkatan ini berorientasi hanya
mencari pekerjaan yang nyaman, aman dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau
yang biasa-biasa saja.
Ciri-cirinya comfort
risk calculation taker (orang yang selalu menghitung risiko yang ditanggung
harus lebih kecil dari keuntungan yang ia peroleh), antara lain:
a. Senang bekerja tetapi yang nyaman dan
aman.
b. Mengedepankan keuntungan daripada
kerugian.
c. Tidak berpandangan jauh dan melihat masa
lalu (past oriented) sebagai acuan untuk berpikir saat ini.
d. Berpikir selalu realistis (kenyataan).
e. Berpikir lebih aman bekerja daripada
berwirausaha.
f. Mencari kerja sebagai pegawai yang ada
tunjangan pensiunnya, walaupun di masa mendatang nilainya sudah tidak berarti
lagi untuk kehidupannya.
g. Berpikir cukup (menerima apa adanya) tetapi
tidak ada kemampuan berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik.
Untuk level
kewirausahaan ini disebut level intrapreneurship atau employee entrepreneurial
skill. Tingkatan ini bisa sukses menjadi top eksekutif apabila menghilangkan
hambatan-hambatan pikiran dan mental (mental block) yang ingin santai, nyaman,
tidak ada semangat, dan pikiran negatif lainnya. Dapat sukses bila lebih giat
dari meningkatkan kemampuan kewirausahaannya dengan cara belajar untuk
meningkatkan kemampuannya.
3. Tingkat kemampuan dalam menghadapi
rasa takut: tinggi
Pada tingkat ini
seseorang berani menanggung atau mengatasi risiko kegagalan dan berani
menghadapi rasa takutnya karena ia merasa mampu, mempunyai pengetahuan, dan
pengalaman kerjanya sesuai dengan apa yang ia kerjakan dalam bisnisnya.
Tingkatan ini disebut risk calculation taker atau berani mengambil risiko usaha
dengan perhitungan risiko yang paling optimal.
Ciri-ciri risk
calculation taker (berani mengambil risiko usaha), antara lain:
a. Berani mengambil keputusan untuk
berwirausaha bila ia mampu melakukannya karena berdasarkan keahlian,
pengalaman, dan pengetahuan (latar belakang pendidikan).
b. Selalu bekerja secara individu dalam
mengelola usahanya dan mengambil keputusan.
c. Bisnis dan usahanya tidak atau belum
dikelola dalam organisasi yang baik.
d. Usahanya sangat dipengaruhi oleh
waktunya sendiri.
e. Punya pandangan jauh ke depan
f. Bosan bekerja terus-menerus.
g. Ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri.
h. Berpikir realistis.
Untuk itu, tingkatan
kewirausahaan ini sering disebut wirausaha mandiri (individual entrepreneur)
atau sering disebut sebagai self bussinessman. Tingkatan ini bisa sukses secara
mandiri tetapi ada kelemahannya, yaitu sebagai berikut.
a. Bisnis atau usahanya sangat tergantung pada
popularitas dirinya atau image dirinya sendiri.
b. Usia usahanya biasanya tergantung usia
pemiliknya, yaitu sang wirausaha itu sendiri.
c. Membutuhkan bussiness team skill (tim
keterampilan usaha) untuk lebih sukses dan besar. Misalnya: leader (pemimpin
bisnis), financial and quality control ( pengawas keuangan dan kualitas ),
marketer (pemasar atau penjual), dan organisator (manajer).
d. Biasanya menjadi spesialis dalam bisnis
tersebut. Contoh: dokter yang membuka praktek, lulusan tata boga membuka
restoran, dan lulusan STM mesin membuka bengkel.
Hampir sebagian besar
orang yang sukses menjadi pengusaha besar berawal dari tingkatan ini. Para
lulusan SMA/SMK lebih memiliki peluang untuk memulai dari tingkatan ini dan
ternyata bisa lebih cepat sukses. Contoh: pendiri Microsoft, yaitu Bill Gates
memulai dari keahlian dari membuat perangkat lunak/software; pendiri DELL
Computer, yaitu Michael Dell yang mengawali sebagai tenaga penjual computer;
dan pendiri google. yaitu Sergey Brin dan Larry Page yang diawali dari
penelitian dan riset.
4. Tingkat kemampuan dalam menghadapi
rasa takut: kompleks
Pada tingkat ini
kemampuan memperhitungkan. mengendalikan, mengatasi. dan menanggung risiko
kegagalan usahanya lebih besar dibanding dengan ketiga tingkatan di atas. ia
berani mengalahkan dan mengatasi rasa takutnya bukan hanya karena pengetahuan,
keterampilan. dan pengalamannya saja, tetapi lebih kompleks dari itu. Biasanya
jenis usaha yang diambil dan dimulainya lebih berskala industri atau tidak
mengarah ke individual entrepreneur (bisnis yang dikelola secara individu).
Tingkatan ini disebut manajer risiko bagi dirinya (risk manager).
Ciri-ciri risk manager
(manajer risiko), yaitu sebagai berikut.
a. Mengambil keputusan dari berbagai sisi,
risiko. informasi, dan kondisi untuk suatu nilai (value) yang lebih optimal dan
tepat.
b. Ada unsur visioner (wawasan ke depan), yang
sering terlihat dari keputusan yang ia ambil, sehingga cenderung berkesan itu
keputusan nekat (sebenarnya tidak).
c. Punya mimpi dan orientasi bisnis
berskala besar atau skala industri (well organized).
d. Naluri (Instinct) bisnisnya kuat dan
didukung oleh kekuatan intuisi yang diambil berdasarkan pengalaman yang ia
miliki, informasi, kejadian sebelumnya, pengetahuan yang ia punyai, visualisasi
dan imajinasinya yang begitu kuat.
e. Kesempurnaan adalah target utamanya.
f. Tidak suka menyerah dan cepat berpuas
diri.
g. Punya keyakinan kuat terhadap apa yang
ia pikirkan.
h. Seorang pemimpin (leader) yang kuat dan
merupakan (pimpinan yang cenderung menggunakan perencanaan yang kuat atau well
plan.
i. Kreativitas dan inovasi tinggi.
j. Keteguhan hati yang kuat.
k. Seorang pimpinan yang disegani.
l. Seorang analisator (kuat dalam
analisa dan strategi) yang baik.
5. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut: sangat tinggi
Pada tingkat ini
kemampuan seseorang dalam hal mengatasi rasa takut akan kegagalan cukup besar
sehingga cenderung mengambil keputusan menggunakan intuisinya yang kuat sekali,
bahkan bisa cenderung sedikit mengadu keberuntungan. Tingkatan ini di sebut
risk taker atau pengambil risiko. Tingkatan ini bisa dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat risk taker (pengambil risiko)
yang lebih realistis dan analitis.
Tingkat ini sering
disebut juga “ investor “ atau penanam
modal yang memang menjadi wirausaha dengan tujuan untuk memiliki saham (
kepemilikan perusahaan) atau sebuah perusahaan dalam jumlah tertentu untuk
mendapatkan keuntungan baik berupa dividen ( pembagian laba kepada pemegang
saham sesuai proporsinya ) atau kenaikan nilai saham apabila saham tersebut
dijual kembali pada orang lain.
b. Tingkat risk taker ( pengambilan
risiko) yang bersifat intuisi dan menggunakan perasaannya ( feeling ) semata.
Tingkat ini tidak
bersifat bisnis, tetapi lebih mengarah pada hobi saja.
Link Absen :
0 komentar:
Posting Komentar